Sebuah catatan kecil tentang ilmu, dakwah, jihad, jamaah, keadilan, kesejahteraan, tegaknya hukum, mulkiyah, rububiyah, uluhiyah, asma wa sifat,Marifah, Thaghut, Negara Islam, Tauhid, demokrasi, hukum islam, doa, shalat

Senin, November 9

Ma'rifatul Insan

I. Prinsip Penciptaan Manusia
Allah SWT berfirman dalam QS. Al Insan :1
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut.”(QS. 76:1)
Allah SWT berfirman dalam QS. Maryam :67
“Dan tidaklah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu sedang ia tidak ada sama sekali.” ( QS. 19:6)


Kedua ayat diatas dimulai dengan kalimat istifham, yang menuntut perhatian supaya manusia memikirkan diri dan proses kejadiannya,sehingga dengan itu, ia akan berlaku dengan benar dalam kehidupan didunia ini sesuai dengan fungsi dan tujuan penciptaannya.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Pada mulanya ia adalah bukan apa-apa, tidak ada, tidak wujud, dan tidak berbentuk. Kemudian atas Kehendak-Nya, ia diciptakan. Ihwal penciptaan manusia ini menunjukkan kemaha kuasaan Allah. Hal ini haru smenjadi renungan manusia, betapa tanpa kekuasaan-Nya, manusia bukanlah apa-apa.

II. Proses Penciptaan Manusia
Dalam proses penciptaan manusia terdapat dua proses, yaitu proses azali dan proses alami
A. Proses Azali
Proses azali adalah proses penciptaan manusia dimana peran ke-Maha Kun Fayakun-an Allah terjadi tidak ada sedikit pun campur tangan manusia. Seperti penciptaan Adam dari tanah liatyag dibentuk. Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Dan Isa Al Masih yang diciptakan tanpa seorang ayah.
Hal tersebut sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al Hijr : 26, An Nisa’ : 1, dan QS. Ali Imron : 59
“ Dan sesungguhnya Kami menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. ( QS. 15 : 26 )
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.” ( QS. 4 : 1 )


“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia.” ( QS. 3 : 59 )

B. Proses Alami
Proses alami adalah proses kejadian manusia setelah Adam dan Hawa kecuali Isa as, yaitu harus ada hubungan antara laki-laki dan perempua, bertemunya sel sperma dan telur dalam rahim perempuan.Dalam rahim seorang ibu ia dibentuk melalui beberapa tahapan dan dalam waktu yang telah ditetapkan,
Kemudian setelah sempurna kejadiannya, ia dilahirkan keatas dunis sebagai seorang bayi, lalu Allah tumbuhkan ia menjadi dewasa dan tua, kemudian Allah wafatkan.
Perhatikan firman Allah SWT dalam QS. Al Mu’minun : 12-16
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”.
( QS. 23 : 12-16 )

III. Bahan dan Isi Dasar Manusia
A. Bahan Dasar
Bahan dasar manusia adalah tanah yang tidak berharga, sebagai mana diterangkan dalam QS. As Sajadah :7-8

“Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.” ( QS. 32 : 7-8 )

Seorang manusia yang gagah perkasa, tampan dan cantik rupawan hanyalah berbahan dasar tanah liat yang merupakan bahan terendah dan kurang berharga. Bila manusia mau memperhatikan asal kejadian ini , maka ia tidak akan pernah menyombongkan diri menentang dan mendurhakai Allah penciptannya.


B. Isi Dasar
Dari bahan dasar yang sangat rendah tersebut, kemudian Allah mengisi dengan sesuatu yang sangat tinggi nilainya yaitu ruh ciptaan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Sajdah : 9

“Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Dengan demikian manusia memiliki hubungan yang sangat dekat sekali dengan Allah karena manusia
diberi ruh ciptaan-Nya.

Dari dua asal yang sangat berbeda tersebut menunjukkan dua hal yang berbeda. Jasad manusia yang diciptakan dari bahan dasar tanah,maka ia memiliki kecenderungan yang kuat pada tanah, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS. Ali Imron : 14
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). ( QS. 4: 14 )

Sedangkan ruh ( jiwa ) yang berasal dari Allah, maka ia juga memiliki kecenderungan dan kebutuhan kepada petunjuk Allah yaitu Ad Dien, jalan menuju taqwa. Perhatikan firman Allah dalam QS. Ali imran :

“Katakanlah: "Inginkah Aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.”

IV. Potensi dasar Manusia
Allah menciptakan manusia dengan memberikan kelebihan dan keutamaan yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Kelebihan dan keutamaan itu berupa potensi dasar yang disertakan Allah atanya, baik potensi internal (yang terdapat dalam dirinya) maupun potensi eksternal (potensi yang disertakan Allah untuk membimbingnya). Potensi ini adalah modal utama bagi manusia untuk menjalankan tugas dan memikul tanggung jawabnya. Oleh karena itu ia harus diolah dan didayagunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat menunaikan tugas dan tanggung jawab dengan sempurna.
A. Potensi internal
Potensi internal adalah potensi yang menyatu dalam diri manusia sendiri. Potensi ini terdiri dari:
1. Potensi Fitriyah
Manusia diberikan Allah potensi fitriyah. Makna fitri adalah Al-Islam, sebagaimana dijelaskan dalam ayat dan hadist berikut ini. Perhatikan firman Allah dalam QS. Ar Ruum : 30

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, (itulah0 ama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” ( QS. 30:30 )

Berkenaan dengan ayat tersebut Rosulullah bersabda :
“ Dari Abu Hurairah ra. Bersabda Rasulullah SAW., “ Tiada bayi yang dilahirakan kecuali lahir dalam keadaan fitrah. Maka ayah bundanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana lahirnya binatanga yang lengkap sempurna. Apakah ada binatang yang lahir terputus telinganya? Kemudian Abu Hurairah membaca, “ Ftrah Allah yang telah mencip[takjan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus.” ( HR. Mutafaqun ‘Alaih )

Dengan demikian, pada diri manusia sudah melekat (menyatu) satu potensi lantaran Dienullah. Kalau ia gunakan potensi ini, ia akan senantias berjalan diatas jalan yang lurus, karena Allah membimbingnya semenjak dalam ruh (kandungan). Perhatikana firman Allah dalam QS. Al A’raf : 172
“ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)", ( QS. 7 : 172)

2. Potensi Ruhiyah
Potensi ruhiyah adalah potensi yang dilekatkan pada hati nuraniuntuk membedakan dan memilih jalan yang haq dan yang batil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan menuju kedurhakaan.
Allah berfirman dalam QS. Asy Syam : 7-8
“ Dan jiwa serta penyempurnaanya (citaanya), maka Allah mengilhamkan kepad jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.” ( Qs. 91 : 7-8)

Didalam hati setiap manusi telah tertanam potensi ini, yang dapat membedakan jalan kebaikan (kebenaran) dan jalan keburukan (keselahan). Dari kemampuan ini Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : “Wabishah bin Ma’bab berkata : “saya datang kepada Nabi SAW untuk bertanya tentang bakti ( al-birri). Maka sebelum saya bertanya Nabi bertanya, “ kau datang untuk bertanya tentang bakti? Jawabku : ya. Bersabda Nabi SAW, “tanyakan pada hatimu. Bakti itu adalah pernuatan yang menimbulkan ketenangan dalam hati dan jiwa. Sedangkan dosa itu adalah perbuatan yang menimbulkan keraguan dalam hati dan jiwa. Meskipun telah mewndapat fatwa dari orang.”

Hadist tersebut mewnunjukkan bahwa potensi ruhuyah inilah yang menentukan arah kehidupoan manusia.
3. Potensi Aqliyah
Potensi aqliyah terdiri dari panca indra dan akal [pikiran ( sama’, bashor, dan fu’ad). Dengan potensi ini manusia dapat membuktikan dengan daya nalara dan ilmiah tentang kekuasaan Allah. Dengan potensi ini pulalah manusia dapat mempelajari dan memahami dengan benar seluruh hyal yang bermanfa\at baginya, yang tentu harus diterima dan hal ayng madhorat baginya yang tentu harus dihindari.
Allah berfirman dalam QS. An Nahl : 78
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur” ( QS. 16 : 78 )

Potensi inilah yang diminta pertanggung jawaban oleh Allah. Dalam hal ini Allah berfirman dalam QS. Al Isra’ : 36
“Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yan gkmau tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan dimintai pertanggung jawaban.”
( QS. 17 : 36 )

Manusia yang tidak menggunakan potensi ini, maka sungguh ia telah menyia-nyiskan kelebihan dan keutamaan yang Allah berikan, sehingga tidak pantas mendapat fadhal di sisi Allah, tetapi ia sama dengan makhluk yang terendah yaitu binatang ternak bahkan lebih hina lagi.

Allah berfirman dalam QS. Al A’raf : 179
“Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka jahanam itu kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahakn mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. ( QS. 7 : 179)

4. Potensi Jasmnani
Potensi jasmani yaitu kemampuan tubuh manusi yang telah Allah ciptakan denga sempurna, baik rupa, kekuatan maupun kemampuan.
Allah berfirman dalam QS. At Tin : 4
“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ( QS. 95 : 4)

Allah juga berfirman dalam QS. AL Taghabun : 3
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, Dia menciptakan rupamu dan dibaguskan-Nya rupoamu itu, dan hanya kepada-Nyalah kamu kembali(mu)” ( QS. 64 : 3)
Potensi jasmaniah ini adalah merupakan basthoh fil khalqi (fil jism). Sebagi modal utama manusia untuk melaksanakan tugasnya.

B. Potensi Eksternal
Disamping potensi internal yang melekat erat pada diri manusia, Allah juga menyertakan potensi eksternal sebagi pengarah dan pembimbing potensi-potensi internal itu agar berjalan sesuai dengan kehndak-Nya. Tanpa arahan potensi eksternal ini, maka potensi internal tidak akan memebuahkan hasil yang diharapkan.
1. Potensi Huda
Yaitu petunjuk Allah yang mempertewgas nilai kebenarean yanh Allah turunkan kepada Rosul-Nya untuk membimbing masnusia kejalan yang lurus.
Allah juga berfirman dalam QS. Al Insan : 3
“Sesungguhnya Kami telah menunjukkan jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada yang kafir.” ( QS. 76 :3 )

Allah juga berfirman dalam QS. Al Baqarah : 38
“Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu ! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

2. Potensi Alam
Alam semesta adalah merupakan eksteranal kedua untuk membimbing umat manusia melaksanakan fungsinya. Setiap sisi alam semesta ini merupakan ayat-ayat Allah yang dengannya manusia dapat mencapai kebenaran.
Allah berfirman dalam QS. Ali Imran : 190-191
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siangterdapat tanda-tanda bgi orang-orang yang berakal. (yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka menmikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata) :”Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.” ( QS. 3 :190-191)

Allah juga berfirman dalam QS. Al Baqarah : 21-22
“ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu ayng telah menciptakan kamu dan orang-orangsebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Dia lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lal Dia menghasilkan dari air hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal akmu mengetahui” ( QS. 2: 21-22 )
V. Tujuan penciptaan manusia.
Allah SWT telah menegaskan bahwa, Ia menciptakan manusia tidaklah dengan main-main tetapi dengan tujuan yang haq. Dengan diberi tugas dan kewajiban yang akan dimintai pertanggungjawaban.

Allah berfirman dalam QS. Al Mu’minun : 115
“Maka apakah akmu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?.” ( QS. 23 : 115 )
Tujuan penciptaan manusia adalah mengabdi kepada-Nya, dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Allah berfirman dalam QS. Adz Dzaariyaat : 56
“Dan tidaklah kami menciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.”(QS. 51 : 56 )

VI. Fungsi dan Tugas Manusia di Bumi
A. Fungsi Manusia
Fungsi manusia adalah sebagai khalifah dimuka bumi, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Baqarah : 30
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi. “ Mereka berkata :”Mengapa engkau hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.”Tuhanmu berfirman :” Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. 2 : 30 )
Arti khalifah fil ardhi adalah mandataris Allah untuk melaksanakan hukum-hukum dan merealisasikan kehendak-kehendak-Nya di muka bumi. Manusia telah dipilih Allah sebagai khalifah-Nya. Untuk melaksanakan fungsi itu, Allah mengajarkan manusia ilmu ( asmaun kullaha ).
B. Tugas Manusia
Tugas manusia adalah memelihara amanah yang telah Allah pikulkan kepadanya, setelah langit, bumi dan gunung enggan memikulnya.
Allah berfirman dalam QS. Al Ahzab : 72
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan menkhianatinyadan dipukullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

Amanah Allah itu berupa tanggung jawab memakmurkan bumi dengan melaksanakan hukum-Nya dalam kehidupan manusia dibumi ini. Sebagaimana Allah tegaskan kjepada nabi Daud as. Dalam QS. Shaad : 26
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi, maka berikan keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatakan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” ( QS. 38 : 26 )

Untuk menunaikan tanggung jawab yang dipikulkan kepadanya ini manusia harus mengerahkan segala potensi (baik internal maupun eksternal) yang ada pada dirinya, dan harus sanggup berkorban dengan jiwa dan hartanya. Dengan pengerahan potensi dan kesanggupan berkorban, maka tugas manusia untuk mewujudkan tugas kekhalifahan dan menegakkan hukum-Nya pasti akan dapat terwujud.

Adapun manusia yang tidak mau melaksanakan tugas, enggan merealisasikan tugas dan perannya, maka ia adalah manusia yang jahil (bodoh) dan zalim
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al ahzab : 72
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan menkhianatinyadan dipukullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” ( QS. 33 : 72)

VII. Sifat Dasar Manusia dan Cara Mengatasinya
Manusia diciptakan disertai sifat-sifat dasar yang negatif. Yang apabila tidak diarahkan kearah yang positif, maka akan menjatuhkan dirinya kedalam kerugian.

Allah berfirman dalam QS. Al Ashr : 1-3
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menepati kebenaran.” (QS. 103 : 1-3)

Hal ini merupakan masalah yang sangat serius, karena apabila manusia tetap pada tabiat dasar itu, maka ia berada dalam kerugian yang nyata. Oleh karena itu, manusia harus berjuang untuk mnegatasinya. Secara umum cara mengatasinya adalah dengan beriman kepada Allah dan melaksanakan amal sholeh, serta saling nasehat menasehati untuk tetap dalam haq dan kesabaran.

Untuk itu marilah kita mengenali sifat-sifat dasar itu dan cara mengatasinya :
A. Keluh kesah dan kikir
Allah berfirman dalam QS. Al Ma’arij : 19-21
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. 70 : 19-21)
Keluh kesah dan kikir timbul karena tidak adanya rasa syukur atas karunia yang Allah berikan dan tidak sabar atas cobaan-Nya, sehingga ia senantisa kurang dan tidak cukup dalam segala hal dan tidak sabar atas musibah –musibah yang menimpanya. Apabila sifat ini dituruti, maka manusia akan terombang-ambing dalam keragu-raguan, dan sikap su’udzon kepada Allah sehingga mengingkari nikmat yang Allah berikan.

Untuk itu, sifat ini harus diluruskan dan diarahkan pada arah yang benar, yaitu dengan mengerjakan sholat dan amalan-amalan sholeh lainnya. Sedangkan untuk mengatasi sifat kikir yaitu dengan menginfaqkan hartanya kepada fakir miskin, mendirikan sholat, menjaga atau menutup aurat.

Allah berfirman dalam QS. Al Ma’arij : 22-35
“ Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena Sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di syurga lagi dimuliakan.”
B. Lemah
Allah berfirman dalam QS. An Nisa’ : 28
“Allah hendak memberi keringanan-keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah “(QS. 4 : 28)

Dengan tabiat kelemahannya itu, Allah memberikan keringanan dan kemudahan baginya. Untuk mengatasi kelemahannya itu manusia harus menerima kemudahan dan keringanan yang Allah berikan. Bagi manusia memadai apa yang telah ia usahakan sesuai dengan keadaannya.

Allah berfirman dalam QS. An Najm : 39
“Dan bahwasanya manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
C. Susah Payah.
Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sangat berat, yaitu adanya berbagai halangan dan rintangan yang harus dihadaqpinya sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Balad : 4
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia berada dalam susah payah” ( QS. 90:4 )

Untuk mengatasinya adalah dengan mengadakan perjuangan untuk membebaskan perbudakan manusia diatas manusia. Apabila manusia enggan mengadakam perjuangan, maka ia akan senantiasa berada didalam kesusahpayahan itu. Oleh karene itu, ia harus bangkit menggunakan potensi yang ada dan menyusun kekuatan bersama-sama untuk perjuangan pembebasan tersebut. Allah berfirman dalam QS. Al-Balad : 10-20

“ Dan kami Telah menunjukkan kepadanya dua jalan, Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, Atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, Atau kepada orang miskin yang sangat fakir. Dan dia (Tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.”


D. Tergesa-gesa
Allah berfirman dalam QS. Al-Isra : 11
“Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”

Tergesa-gesa ialah ingin mendapat atau mencapai sesuatu dengan segera tanpa melalui preses yang seharusnya. Karena ketergesa-gesaan itu, maka manusia sering terjerembab kejalan yang salah, sehingga hanya menghasilkan kekecewaan. Kerena tergesa-gesa merupakan sifat negatif, maka ia harus ditundukkan dan diarahkan kejalan yang benar.

Cara mengatasinya adalah dengan bersabar, sebagaimana diperintahkan Allah dalam QS. Al-Ahqof : 35

“Maka Bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul Telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.”

III. Musuh Besar dan Teman Sejati Manusia
A. Musuh Manusia
Musuh besar manusia adalah syaitan (iblis laknatullah) dan golongannya, yaitu orang yang mengikuti jalan kesesatan. Mereka senantiasa meniupkan bisikan jahat (yuwaswisudurinnas) kedalam dada manusia. Al Quran telah mempertegas syaitan itu musuh yang harus benar-benar dijadikan musuh. Karena syaitan itu akan menggiring orang-orang yang menikutinya kedalam api neraka. Allah berfiman dalam QS. Faathir : 5-6
“ Hai manusia sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali jangan lah kehidupan dunia memperdyakan kamu dan sekeli-kali syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. ( QS. Faathir : 5-6 )

Pernyataan permusuhan iblis itu telah diproklamirkan dihadapan Allah ketika ia terusir dari surga.

Allah berfirman dalam QS. Al-Isra : 61-62
“Dan (ingatlah), tatkala kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalumereka sujud kecuali iblis. dia berkata: "Apakah Aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan Aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil".

Orang-orang yang sesat dan mengikuti bujuk rayu syaitan mereka adalah hizbusysyaitan / golongan syaitan / partai syaitan. Mereka sangat giat menyuarakan kebatilan dan menghalangi tegaknya kebenaran. Mereka adalah manusia yang merugi dunia-akherat dan akan dilemparkan kedalam neraka jahannam.

Allah berfirman dalam QS. Al- Mujadillah : 19

“ Syaitan Telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka Itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan syaitan Itulah golongan yang merugi.”

Allah juga berfirman dalam QS. Al-Isra : 63

“Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, Maka Sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.”

B. Teman Sejati Manusia
Adapun teman sejati manusia adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Yang melaksanakan syariat-Nya. Yang konsisten menegakkan kebenaran. Mereka adlah hizbullah dan hanya hizbullah yang meraih kemenangan.
Allah berfirman dalam QS. Al-Mujadilah : 22

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang Telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan[1462] yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.”

Dengan demikian, jelas siapa yang harus dijadikan kawan dan siapa yang harus dijadikan lawan. Maka hendaklah manusia mengambil kawan yang layak dijadikan kawan dan menjadikan lawan siapa yang layak dijadikan lawan. Dengan tegas Rasulullah SAW telah memperingatkan kepada kita bila hendak mengambil kawan : sebagaimana sabdanya :
“ Seseorang itu mengikuti Dien temannya, maka hendaklah ia memperhatikan siapa yang menemaninya” ( HR. Abu Dawud dan Tirmidzi )

Sabda nabi tersebut menerangkan bahwa seseorang itu akan mengikuti agama, kebiasaan, adat-istiadat, tabiat temannya. Hal ini menunjukkan batapa kuatnya pengaruh teman dalam membentuk dan mewarnai perilaku manusia, baik pengaruh kepada kebaikan maupun kepada keburukan. Karena sangat strategisnya teman ini maka apabila manusia ingin senantiasa dalam kebaikan, ia harus memilih teman yang baik, yang mukmin sejati.

IV. Pola Hidup Manusia Sepanjang Sejarah
Allah berfirman dalam QS. Al-Insaan : 2-3

“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), Karena itu kami jadikan dia mendengar dan Melihat.Sesungguhnya kami Telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”
.
Didalam menyikapi nikmat yang Allah berikan kepadanya, manusia terpecah menjadi dua, yakni ada yang bersyukur dan ada yang kufur. Orang yang bersyukur itu adalah mukmin muttaqin. Mereka mempergunakan nikmat-nikmat itu untuk menunjan gterpenuhinya kewajiban-kewajiban yang telah diperintahkan kepadanya. Sedangkan manusia yang kufur ini terbagi menjadi 2, yaitu: yang jelas menyatakan kafir kepada Allah dan yang menampakkan keimanan sedang dalam hatinya ingkar, mereka adalah orang-orang munafik.

A. Pola Hidup Mukmin-Muttaqin
Mereka berjalan diatas petunjuk Allah, shirathal mustaqim. Senantiasa melaksanakan dan menjaga syareat-syareat Allah, menegakkan sholat, menginfaqkan hartanya dijalan Allah, mengimani kitab-kitab-Nya, mengimani hari akherat. Allah membimbing golongan ini karena ketaqwaannya diatas petunjuk-Nya dan memasukkannya kedalam surga-Nya.
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 2-5

“Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka.Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”

Orang-orang mukmin-muttaqin rela mengorbankan seluruh hidupnya (harta dan ajiwanya) untuk mencari keridloan Allah. Sebagaiman firman Allah dalam QS. Al-Baqarah : 207
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya Karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

B. Pola Hidup Orang Kafir
Orang-orang kafir menjalani hidupnya dengan menolak wahyu (petunjuk) Allah dan memilih ideologi sesat, fastahabbul ‘alal huda (QS. 41 : 17). Mereka adalah orang yang tuli, pekak dan bisu, tidak mau mendengar peringatan, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah : 6-7

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20], dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang amat berat.”

Mereka mengikuti jejak para penentang kebenaran, iblis laknatullah, Fir’aun, Namrud, Abu Jahal dan lain-lain dengan menyombongkan diri, menolak wahyu Allah dan membuat kerusakan dimuka bumi. Mereka senantiasa menentang Allah dengan membuat tandingan-tandingan yang mereka sembah (agung-agungkan) dengan penuh kecintaan. Karena kekafirannya itu, Allah menutup hati mereka, membutakan mata mereka, menggiring mereka diatas jalan yang sesat dan memasukkan kedalam neraka jahannam, atau tempat kembali yang sangat buruk.

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 165

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”

C. Pola Hidup Orang munafik
Orang-orang munafik secara lahiriah beriman kepada Allah, Rasul-Nya, dan hari kiamat. Keimanannya ia persaksikan dengan sebenar-benarnya, tetapi mereka bukanlah orang yang beriman. Golongan ini hiudp ditengah-tengah kaum mukminin, mereka juga mendengar wahyu-wahyu Allah, namun hatinya berpenyakit, wahyu itu tdak bermanfaat sedikitpun baginya.

Orang-orang munafik ini tidak memiliki komitmen dan loyaitas yang jelas kepada islam sehingga mereka rela menukar hidayah Allah dengan kesesatan. Mereka tetap loyal kepada syaitan-syaitan mereka (musuh-musuh islam), mereka mengadakan makar untuk menghancurkan islam. Pola hidup orang munafik ini jelas diterangkan dalam QS. Al-Baqarah : 8-16
“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain Telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu Telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.”( QS. Al-Baqarah : 8-16)


Allah telah memberi perumpamaan tentang pola hidup mereka dalam QS. Al-Baqarah:17-20
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, Karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah : 17-20)


Betapa orang-orang munafik itu tidak dapat manfaat dari wahyu-wahyu Allah yang senantiasa diturunkan, karena keragu-raguan yang ada dalam hatinya. Yang mereka tangkap hanyalah kerasnya suara guntur yang memekakkan telinga, dan kilatan petir yang seakan membutakan matanya, ia menutup telinga dengan telunjuknya, sehingga tuli dan tidak dapat mendengar peringatanAllah yang terkandung didalamnya. Golongan ini beribadah kepada Allah berada ditepian, bergerak sesuai dengan situasi dan kondisi. Sekiranya menguntungkan, maka ia tetap dalam kondisi itu, tetapi manakala ia pandang merugikan dirinya, maka ia mundur kebelakang. Mereka terombang-ambing dalam keragu-raguan dan Allah masukkan mereka kedalam neraka jahannam.
Allah berfirman dalam QS. Al-Hajj : 11
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.”


Ma'rifatul Insan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Muhasabah Diri

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas komentar anda mudah-mudahan tidak bosan untuk berkunjung pada blog yang sederhana ini