Sebuah catatan kecil tentang ilmu, dakwah, jihad, jamaah, keadilan, kesejahteraan, tegaknya hukum, mulkiyah, rububiyah, uluhiyah, asma wa sifat,Marifah, Thaghut, Negara Islam, Tauhid, demokrasi, hukum islam, doa, shalat

Jumat, Januari 1

MA’RIFATUD DIENUL ISLAM

I. PENGANTAR
Sesungguhnya Islam itu dien samawi yang berfungsi sebagai rahmat dan nikmat bagi manusia seluruhnya
“Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. 5 : 3)

Dien Islam meiliki nilai kesmpurnaan yang tinggi, lagi pula sesuai dengan fitrah manusia dan cocok dengan tuntutan hati nurani manusia seluruhnya sebagai makhluk ciptaan Allah dalam menerima Dienullah haq. (QS. Ar-Rum : 30 )

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum : 30 )

Maka konsekuensi daripada itu, Islam menjadi Dien dakwah, yakni dien yang harus disampaikan kepada seluruh umat manusia, agar manusia mengimaninya dengan penuh keikhlasan tanpa paksaan, bahwa islam satu-satunya Dien yang haq dan sebaliknya dien yang lain bathil untuk ditolak, sebab sudah jelas antara dien yang lurus (Al Islam ) dengan dien yang bengkok (ghairul Islam) sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al Baqarah : 256

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah : 256)



II. MAKNA DIEN
Secara bahasa, kata dien mempunyai arti yang bermacam-macam, terambil dari kata :

Artinya : tunduk, patuh, taat, pembalasan, nasehat, dan undang-undang

Makna Dien dalam Al Qur’an:
A. Syari’ah
Arti Dien dalam Al Qur’an bermakna syariah seperti dalam surat Asy syura ayat 13
“Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS. Asy Syuraa : 13)
Terdapat pula dalam surat Asy Syuro ayat 21

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka Telah dibinasakan. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. (QS. Asy Syuraa : 21)

B. Undang-undang / Hukum Negara
Dien juga berarti undang-undang/hukum negara, terdapat dalam surat yusuf ayat 76 :
“Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, Kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. kami tinggikan derajat orang yang kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui.(QS. 12 : 76)

C. Sistem Hidup / Way of Life, Ideologi
Dien juga dapat diartikan sitem hidup/way of life, ideologi. Terdapat dalam surat Al Mukmin ayat 26:
“Dan Berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah Aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, Karena Sesungguhnya Aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi". (QS. 40 : 26)

D. Sistem Pengabdian (Ketundukan, Keta’atan)
Dien berarti sistem pengabdian, sebagaimana terdapat dalam surat Al Kaafiruun : 1-6
“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."(QS. 109 :1-6)

E. Pembalasan, Pertanggungjawaban
Dalam surat Ash Shafat ayat 53, Dien diartikan pembalasan, pertanggung jawaban.
“Apakah bila kita Telah mati dan kita Telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah Sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?"(QS. 37:53)

Berdasrkan ayat-ayat diatas dapat disimpulkan berarti syari’ah, undang-undang, hukum negara, sistem hidup / way of life, sistem pengabdian dan pembalasan.

Adapun berdasarkan sumbernya, Dien ada dua, yaitu :
1. Dien yang bersumber dari Allah
2. Dien yang berasal dari manusia

Dien yang bersumber dari manusia ada dua proses, yaitu:
1. Dien yang langsung dari raja (diktator)
2. Dien yang melalui proses parlemen (demokratis)

III. KEBERADAAN DIEN SEBELUM DAN SAAT KEDATANGAN DIEN AL ISLAM
Sebelum Islam lahir, berbagi filsafat dan budaya telah tumbuh bersimpang siur. Dari aspek theologis, mereka memiliki adeologi aba ana yang berakar dari tradisi nenek moyang, dan bertuhan ganda/polytheisme/sinkretisme/talbis, dan terpecah belah.
A. Sinkretisme
1. Polytheisme
Para pemimpin jahiliyah dalam berdien hanya dengan sangkaan-sangkaan saja, tidak berkeyakinan, menganggap benar terhadap Dienullah dan menganggap bagus terhadp dien ghairullah
Firman Allah dalam surat Al An’am ayat 136
“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang Telah diciptakan Allah, lalu mereka Berkata sesuai dengan persangkaan mereka: "Ini untuk Allah dan Ini untuk berhala-berhala kami". Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, Maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka[508]. amat buruklah ketetapan mereka itu.(QS. 6:136)

Mereka membuat peraturan, undang-undang (dien) semata-mata untuk menipu rakyatnya dengan cara mencampur adukkan antara yang haq dengan yang bathil untuk mengaburkan dien, sehingga menganggap baik perbuatan bathil dan sebaliknya. Sebagaiman terdapat dalam surat Al An’am ayat 137
“Dan Demikianlah pemimpin-pemimpin mereka Telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agama-Nya[509]. dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggallah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.(QS. Al-An’am :137)

2. Berhalaisme
Orang-orang jahili pra islam adalah penyembah berhala, sekalipun mereka percaya adanya Allah dan dengan tegas mereka tidak mengakui bahwa mereka tidak menyembah berhala, mereka mengaku menyembah Allah. Sedang berhala sebagai lambang/simbol untuk mempertahankan status quo serta sarana mendekatkan diri kepada allah.

Hal ini sebagaimana diterangkan dalam surat Az Zumar ayat 3 :
“Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.(QS. 39:3)
B. Pecah-belah
Dien pada masa jahiliyah terpecah belah menjadi beberapa golongan, masing-masing bangga dengan golongannya. Sebagaimana dalam surat Ar Rum ayat 31-32
“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta Dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka[1169] dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. 30 : 31-32)

Dijelaskan pula dalam surat Al Mukminun ayat 52-53 :
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu[1006], dan Aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). (QS. 23 : 52-53)

IV. RUANG LINGKUP DIEN
Sebagaimana makna Dien (hukum, undang-undang, sistem hidup), maka secara garis besar ruang lingkup Dien meliputi Rububiyah, Mulkiyah, dan uluhiyah. Ruang lingkup berlaku untuk semua dien, baik dienul islam maupun ghairul islam

A. Lingkup Rububiyah
Dien dalam lingkup rububiyah, berarti suatu konsepsi hukum/sistem perundang-undangan yang berlaku untuk mengatur kehidupan manusia dimuka bumi.

Perhatikan firman Allah dalam surat Asy Syura ayat 21

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka Telah dibinasakan. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.(QS. 42 : 21)

B. Lingkup Mulkiyah
Dien dalam lingkup mulkiyah artinya suatu sarana tempat atau teritorial/sistem pemerintahan, dimana suatu tempat diberlakukannya hukum/undang-undang

Firman Allah surat Yusuf ayat 76 :
“Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, Kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. kami tinggikan derajat orang yang kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui.(QS. 12 : 76)

C. Lingkup Uluhiyah/ubudiyah
Dien dalam lingkup uluhiyah/ubudiyah adalah pelaksanaan sistem peribadatan yang dilakukan oleh umat/rakyat berdasarkan rububiyah (sistem perundang-undangan) didalam mulkiyah (pemerintahan)

Firman Allah surat Al Kafirun ayat 1-6
“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah.Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. 109 : 1-6)

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat difahami bahwa ruang lingkup dien meliputi aspek kehidupan secara integral meliputi lingkup rububiyah (sistem prundan-undang), lingkup mulkiyah (sistem pemerintahan), dan lingkup uluhiyah/ubudiyah (sistem peribadatan) dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

V. DIEN AL-ISLAM
Kata islam adalah kata yang diberikan Allah sendiri. Terdapat dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an antara lain QS. 5 : 3; 3 : 19, 83, 85 dan QS. 2 : 112

Secara bahasa, kata islam terambil dari asal kata :

yang artinya menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan ta’at

kata “ “ itulah menjadi pokok kata islam yang mengandung segala arti yang terkandung dalam makna pokoknya.

Sebab itu orang yang melakukan “ “ dinamakan muslim. Berarti orang yang telah menyatakan dirinya ta’at, tunduk,

dan patuh kepada Allah SWT. Dengan melakukan “ “ seseorang akan terjamin hidupnya didunia dan akherat.

Sebagaimana terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 112:

“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 2 : 112)

Dengan demikian, dien Al Islam berarti ketaatan, ketundukan, dan keprasahan setiap muslim kepada undang-undang, hukum/syariat Allah bagai ketundukan dan kepasrahan alam semesta yang tidak pernah menentang/menyimpang dari sunatullah. Inilah pokok dari penamaan dien dengan Islam menjadi Dien Al Islam (dienullah). Seperti diterangkan dalam surat Ali Imran : 83
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.(QS. 3 : 83)

Berdasrkan pengertian tersebut diatas, maka hanya dien Islam yang diakui oleh Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 19
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.(QS. 3 : 19)

Dan siapa yang memilih selain dien Allah (Dien Islam) maka dia tertolak dan merugi. Firman Allah surat Ali Imran ayat 85
“Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(QS. 3 : 85)

Nama-nama lain dien al Islam adalah:

Dienullah, terdapat dalam QS. 3 : 83

Dien Al Haq, terdapat dalam QS. 9: 33, 61 : 9, 48 : 28
Dien Al Qoyyim, terdapat dalam QS. 30 : 30, 12 : 40

Dien Al Khalish, terdapat dalam QS. 39 : 2-3, 98 : 5

A. Prinsip-prinsip Dasar Islam
Dien Al Islam memiliki prinsip-prisip sebagai berikut:
1. Tauhid
Tauhid artinya mengesakan Allah, lawan dari Isyrak, artinya menyekutukan Allah.
Fiman Allah surat Al Ikhlas ayat 1-4 :

“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."(QS. 112 : 1-4)

Misi semua rasul adalah “Tauhid”, menyeru agar manusia mentauhidkan Allah. Sedang kan perwujudan dari Tauhid adalah ketundukan dan penyerahan secara total hanya kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al An’am Ayat 161-163 :
“Katakanlah: "Sesungguhnya Aku Telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik". Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".(QS. 6 : 161-163)

2. Kaffah
Kaffah artinya lengkap, komplit, menyeluruh (universal). Dien Al Islam bersifat Kaffah meliputi berbagai aspek, tidak satu persoalan pun yang teralpakan dalam islam.
Firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 208:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(QS. 2 : 208)

Dalam surat Al An’am ayat 38:

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”(QS. 6 : 38)

3. Ikhlas
Ikhlas artinya bersih, murni, tidak bercampur. Dien Al Islam menganut prisip ikhlas, karena Islam itu bersih dari antervensi manusia dalam corak dan bentuk apapun. Ia semata-mata bersumber dari Allah, serta perbandingannya pun hanya kepada Allah

Firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 2-3:

“Sesunguhnya kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.(QS. 39 : 2-3)

Serta dalam surat Al Bayyinah ayat 5 :

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.(QS. 98 : 5 )
4. Idhar / Iqamah
Dien Al Islam menganut prinsip idhar/iqamah, artinya dien Islam harus tegak dan direalisasikan.
Friman Allah surat At Taubah ayat 33 :

“Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.(QS. 9 : 33)

Dan dalam surat Asy Syura ayat 13:

“Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).(QS. 42 : 13)

5. I’tishom
I’tishom artinya berpegang teguh, lawan dari tafarruq (bercerai-berai, berpecah-pecah), Islam selalu menganut prinsip I’tishom agar umat Islam selalu besatu.

Perhatikan Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 103 :

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.(QS. 3 : 103)

B. Kerangka Sistem Islam
Islam adalah sistem hidup yang kaffah (QS. 2 : 208) dibangun atas kerangka Rububiyah, Mulkiyah, dan Uluhiyah. Ketiga kerangka tersebut dapat dikorelasikan dengan ayat-ayat amtsal tentang Kalimah Thayyibah sebagaimana dalam QS. 14 ayat 24-25:

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.(QS. 14 :24-25)

Dan ayat-ayat amtsal dalam surat An Nur ayat 35-37:

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di dalamnya ada Pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Bertasbih[1041] kepada Allah di masjid-masjid yang Telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.(QS. 24 : 35-37)

Agar lebih jelas korelasi antara kerangka sistem Islam dengan ayat-ayat amtsal diatas, perhatikan skema berikut :



1. Rububiyah (Aslun / Nur)
Islam sebagai sebuah sistem memiliki hukum dan perundang-undangan yang komplit yang berlaku sepanjang zaman ( lihat QS. 42 : 13)

2. Mulkkiyah (Far’un / Buyut)
Islam sebagai sebuah sistem memiliki pemerintahan Islam sebagai tempat/teritorial bagi pelaksanaan hukum/perundang-undangan Islam. Firman Allah dalam surat An Nur ayat 55:

“Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.(QS. 24 : 55)

3. Uluhiyah Islam (Ukulun / Rijal)
Kerangka sistem Islam yang lainnya adalah Uluhiyah Islam, yaitu adanya sebuah sistem pengabdian yang dilaksanakan oleh masyarakat Islam (umat, ibadullah) didalam Mulkiyah Islam. Firman Allah dalam surat Thaha ayat 14 :

“Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.(QS. 20 : 14)

Dan surat Al Furqan ayat 63-64
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (QS. 25 : 63-64)

Perhatikan pula Firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 54 :

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.(QS. 5 : 54)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kerangka sistem Islam dapat meliputi Rububiyah Islam (sistem perundang-undang Islam), Mulkiyah (sistem pemerintahan Islam), dan Uluhiyah Islam (sistem pengabdian Islam). Ketiga kerangka sistem tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh dalam sistem Islam, sebagaimana utuhnya akar (aslun), batang (far’un), dan buah (ukulun) dalam sebuah amtsal “Pohon yang Baik” (Syajarah Thayyibah).

VI. Kesimpulan

1. Secara bahasa, dien berarti tunduk, patuh, taat, pembalasan, nasihat, dan undang-undang.
2. Dalam Al Qur’an, kata dien bermakna : syari’ah, hukum/undang-undang negara, way of life,
sistem pengabdian, dan pertanggung jawaban.
3. Sebelum Islam lahir masyarakat jahiliyah mengikuti tradisi nenek moyang yang bertuhan ganda/polytheisme, talbis dan terpecah-belah
4. Kerangka sistem Islam meliputi Rububiyah Islam (sistem perundang-undangan), Mulkiyah Islam (sistem pemerintahan Islam), dan Uluhiyah Islam (sistem pengabdian Islam)


Maraaji’:
1. Al Quran dan terjemahnya
2. Abu Hanifah, Aqidah
3. Munawar Khalil, Kelengkapan Tarikh
4. Nazaruddin Razak, Dienul Islam
5. Sayyid Hawa, Al Islam

MA’RIFATUD DIENUL ISLAM Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Muhasabah Diri

2 komentar:

Terima Kasih atas komentar anda mudah-mudahan tidak bosan untuk berkunjung pada blog yang sederhana ini