Sebuah catatan kecil tentang ilmu, dakwah, jihad, jamaah, keadilan, kesejahteraan, tegaknya hukum, mulkiyah, rububiyah, uluhiyah, asma wa sifat,Marifah, Thaghut, Negara Islam, Tauhid, demokrasi, hukum islam, doa, shalat

Kamis, Oktober 21

MAUSU‘AH AMNIYAH LI `L-MUJAHIDIN (ENSIKLOPEDI KEAMANAN MUJAHIDIN)


MUKADDIMAH



Berangkat dari firman Alloh Ta‘ala: “…dan siap siagalah kamu…” (QS. An-Nisa’: 102), maka Batalyon Jihad Media mempersembahkan buku yang berjudul: Mausu‘ah Amniyah ini di hadapan antum, dengan format yang ringkas namun tidak mengurangi makna. Alloh Ta‘ala telah memberi kami kemudahan untuk mengumpulkan materi-materi ini dengan sedikit adaptasi di sana-sini, bersandar kepada Kitab Alloh, Sunnah Rosul-Nya n, sunnah para Salaf serta Ahluts Tsughur yaitu para mujahidin yang berjihad dengan tulus –nahsabuhum wallohu hasiibuhum—; di antaranya adalah dari catatan-catatan materi Amniyah tulisan Abu Zubaidah, beberapa situs jihad, ditambah dengan berbagai hasil diskusi dengan ikhwan-ikhwan di mailing list.



Satu hal yang tak diragukan bahwa karya ini jelas terbatas dan belum lengkap, tetapi kami memohon kepada Alloh agar sudi menerimanya dari kami sebagai amalan yang ikhlas karena mengharap wajah-Nya yang Mulia. Jika nanti ada kesalahan, maka itu berasal dari diri kami dan dari setan. Tetapi jika ada yang benar, maka itu berasal dari Alloh Ta‘ala saja.



Dengan peran yang kami berikan ini, kami memotivasi kepada saudara-saudara kami untuk mempelajari ilmu tentang Amniyah dalam menempuh jalan jihad, setelah itu hendaklah antum catat bahwa tertangkap atau mati syahid itu semuanya bernilai, kalau bukan pahala maka sebagai ujian. Kami juga menganjurkan ikhwan-ikhwan untuk membaca buku atau menulis tulisan yang sekiranya bisa membantu perjalanan jihad dan mujahidin. Karena tidak ada kebaikan pada umat yang tidak mau membaca atau menulis.



Kami juga ingatkan akan sebuah hadits Rosululloh n, dari Abu `l-‘Abbas Abdulloh bin Abbas a ia berkata: “Suatu hari aku membonceng di belakang Nabi n, kemudian beliau bersabda:

(يَا غُلاَم، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَّنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَّضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ)

“Wahai anak muda, aku mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah Alloh niscaya Dia menjagamu. Jagalah Alloh niscaya engkau mendapati-Nya (seolah) ada di hadapanmu. Jika meminta, mintalah kepada Alloh. Jika memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh. Dan ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu selain apa yang telah dicatat untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk menimpakan marabaya kepadamu, mereka tidak akan mampu menimpakan marabahaya kepadamu selain apa yang sudah ditulis untukmu. Pena catatan telah diangkat dan lembaran-lembarannya telah kering.” (HR. Tirmizi, ia berkata: Hadits hasan shohih).

Maka, siapa yang bertawakkal kepada Alloh, tidak ada sesuatupun yang mampu membahayakannya berkat izin Alloh.

Semoga sholawat dan salam yang banyak tercurah kepada Nabi Muhammad, Sang Nabi yang murah senyum sekaligus ahli perang, juga kepada keluarga serta para sahabat beliau.

"كتيبة الجهاد الإعلامي"



BAB PERTAMA:

SECURITY DI DALAM AL-QURAN DAN SIROH

Alloh Ta‘ala berfirman:

{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاء تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللّهُ الأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ وَمَثلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ الأَرْضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ}

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Robbnya. Alloh membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.” (QS. Ibrohim: 24 – 26)



Maksud kalimat yang baik dalam ayat ini adalah: Syahadat La Ilaaha illalloh.

Ada juga yang mengatakan, maksudnya adalah kata-kata yang baik.

Sedangkan yang dimaksud kalimat yang buruk adalah kalimat kekafiran atau ajakan kepadanya, atau perkataan dusta, atau setiap kalimat yang tidak diridhoi Alloh Ta‘ala.

Menyebarkan rahasia yang bisa membahayakan seseorang atau umat termasuk perkataan yang tidak diridhoi Alloh Ta‘ala, begitu pula setiap kata-kata yang berisi usaha untuk berbuat kerusakan, ini masuk dalam katagori kalimat yang buruk.



Menyimpan rahasia dan kewaspadaan adalah bagian dari kecerdasan

Islam mengingatkan pengikutnya agar selalu sadar dan waspada, sebagaimana disebutkan di dalam firman Alloh Ta‘ala:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ خُذُواْ حِذْرَكُمْ فَانفِرُواْ ثُبَاتٍ أَوِ انفِرُواْ جَمِيعاً}

“Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu,” (QS. An-Nisa’: 71)

Dan sebagaimana disabdakan oleh Rosululloh ‘alaihis sholatu wa `s-salam:

( اَلْمُؤْمِنُ كَيِّسٌ فَطِن).

“Orang mukmin itu cerdik dan pintar.”

Diam/ Tutup Mulut

1) Salah satu faktor kesuksesan Dakwah Islam adalah: Rosululloh n memulai secara diam-diam.

Ketika Ali a melihat Nabi n sholat bersama Khodijah, ia berkata: “Wahai Muhammad, apa ini?”

“Agama Alloh yang Dia pilih untuk Diri-Nya dan Dia utus para Rosul-Nya dengan membawanya. Maka aku menyerumu kepada Alloh saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan mengajakmu untuk beribadah kepada-Nya dan kufurilah Laata dan ‘Uzza.” Jawab Rosul.

Ali berkata: “Ini adalah perkara yang belum pernah kudengar sebelumnya, aku tidak akan mengambil keputusan sebelum kubicarakan dengan Abu Tholib.” –yakni ayahnya—.

Tetapi Rosul n tidak suka jika rahasia tentang agama ini tersebar, maka beliau berkata kepada Ali: “Ali, jika kamu tidak masuk Islam, maka rahasiakanlah hal ini.”

Ali pun melakukan perintah beliau, sebelum kemudian di keesokan harinya Ali datang dan menyatakan keislamannya serta merahasiakan hal itu di hadapan ayahnya, ia tidak menampakkannya.



2) Rosululloh n sudah menggunakan surat rahasia sebelum orang lain. Terbukti beliau pernah mengutus sebuah detasement (sariyah) beranggotakan 12 orang Muhajirin yang dipimpin oleh Abdulloh bin Jahsy Al-Asadi dalam sebuah misi pengintaian di bulan Rojab tahun 2 H. Beliau menyerahkan kepada Abdulloh bin Jahsy sebuah surat rahasia berisi perincian tugas, yaitu target sasaran, posisi pasukan dan informasi-informasi lainnya. Beliau memerintahkan agar dia tidak membuka surat tersebut sebelum ia berjalan selama dua hari.[1]

Sejarah kehidupan Rosululloh n penuh dengan tekhnik-tekhnik keamanan yang terus berkembang seiring dengan semakin kerasnya ujian dan situasi di sekitarnya. Semakin situasi bertambah mencekam, perhatian terhadap masalah keamanan semakin meningkat, itulah yang mendorong pengambilan langkah yang efektif dan paling baik untuk menyikapi situasi seperti itu.



Siroh Nabawiyah dan Perkembangan Sisi Amniyahnya Yang Jauh ke Depan:

Pertama: Fase Mekkah

1) Fase Dakwah Sembunyi-sembunyi:

Ciri khas fase ini adalah kerahasiaan dakwah dan kerahasiaan kelompok. Artinya, ajakan untuk memeluk “Agama Baru” (Islam) dilakukan secara rahasia. Pembagian tugas, pengaturan program dan kegiatan pun juga demikian…dilakukan secara rahasia, tidak ada yang diberitahu selain orang-orang tertentu yang bersangkutan dengan tugas. Tetapi semuanya bergerak menuju satu tujuan dan di bawah kepemimpinan satu orang, yaitu Rosululloh n.



2) Fase Dakwah Terang-terangan:

Ciri khas fase ini, dakwah dilakukan secara terus terang. Akan tetapi penataan kelompok tetap dilakukan secara diam-diam. Jadi dakwah ilalloh di tengah umat manusia, kepada para kabilah, keluarga dan sanak famili, dilaksanakan secara terang-terangan, namun demikian penjalanan tugas dan hubungan antar pelaku dakwah tetap berlangsung secara rahasia, demikian juga tempat-tempat perkumpulan dan pertemuan darurat, program-program strategis, pemilihan orang yang bertugas berdakwah mengajak masuk Islam, semua ini tidak ada yang tahu selain pelaku dakwah yang bersangkutan.



Kedua: Fase Hijrah

Ini adalah fase yang singkat, keistemawaan fase ini adalah adanya strategi keamanan ala Nabi yang sangat jitu. Di fase ini sudah dipersiapkan terlebih dahulu dengan adanya Baiat Aqobah jilid satu dan dua, berlanjut dengan hijrahnya para sahabat Nabi n dan terakhir dengan hijrahnya beliau sendiri bersama sahabat tercintanya Abu Bakar Ash-Shiddiq –ridhwanulloh alaihim—.



Ketiga: Fase Madinah

Yaitu fase pembangunan sebuah negara yang solid untuk menjadi basis yang kuat sebagai markas utama dan pusat penyebaran dakwah. Fase ini terus berlangsung hingga wafatnya Rosululloh n, berarti sekitar 10 tahun, dilengkapi dengan berbagai misi perluasan wilayah dan kemenangan-kemenangannya.



Kita bisa membagi fase ini kepada tiga tahapan:



1) Tahap memperkuat basis internal , caranya dengan menempuh berbagai langkah dan pengaturan yang cukup untuk merealisasikan keamaan dari –pertama kali— serangan kaum Yahudi, berikutnya dari orang-orang munafik yang menyusup di barisan kaum Muslimin.



2) Fase pertempuran defensive, ini berjalan hingga selesainya perang Khondaq (perang parit) ketika Rosululloh n ketika itu bersabda:

(اَلآنَ نَغْزُوهُمْ وَلاَ يَغْزُوْنَنَا، نَحْنُ نَسِيْرُ إِلَيْهِمْ)

“Sekarang kita perangi mereka, bukan mereka memerangi kita. Kita akan berjalan ke tempat mereka.” (HR. Bukhori).



3) Fase perang ofensive, ini berlangsung hingga Nabi n wafat. Ciri khas fase ini adalah:

1. Terjadinya gesekan dengan orang-orang Musyrik di dalam negeri mereka; seperti pada peristiwa Hudaibiyah, Umroh Qodho’, Fathu Mekah, dan perang Hunain.
2. Perseteruan dengan kaum Yahudi dan penghancuran total basis terakhir mereka dalam perang Khoibar.
3. Peperangan melawan orang-orang Kristen dalam perang Mu’tah dan Tabuk.[2]

Waspada Tetap Diperintahkan Ketika Kondisi Damai, Apalagi Jika Dalam Kondisi Perang, Maka Itu Lebih Wajib Dan Lebih Penting:

وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُمْ مَيْلَةً وَاحِدَة

“...dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus.” (QS. An-Nisa’: 102)

Kemudian:

.. وَخُذُوا حِذْرَكُمْ

“…dan siap siagalah kamu.”

Jika kalian tidak melakukannya, maka:

.. إِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَاباً مُهِيناً

“Sesungguhnya Alloh telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.” (QS. An-Nisa’: 102)



Memastikan Kebenaran Informasi (Data):

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurot: 6)



Termasuk sikap orang yang jujur dan terpercaya adalah memastikan kebenaran suatu informasi sebelum menjadikannya sebagai pijakan dalam mengambil sikap dan keputusan yang tepat tentangnya, supaya tidak ada penyesalan nantinya. Penyesalan di sini menjadi salah satu akibat dari kezaliman orang lain, kezaliman itu biasanya muncul akibat sikap bodoh dan terburu-buru seseorang tanpa mengambil kesempatan sedikit pun untuk memastikan sebuah informasi dan memeriksa kebenaran pembawanya; bagaimana kejujurannya, bagaimana ketakwaan dan loyalitasnya. Maka, mengapa kita tidak mengambil pelajaran, lalu melaksanakan apa yang Alloh ‘Azza wa Jalla perintahkan?!



Berhati-hati Terhadap Merebaknya Berbagai Berita Dan Isu:

(وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلاً)

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rosul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Alloh kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu).” (QS. An-Nisa’: 83)



Maka langkah ketika banyak tersebar isu adalah: mengembalikan semua urusan kepada Ulil Amri, sebagai orang yang layak menganalisa serta menyimpulkan rahasia dan misi-misi terselebung yang ada di balik isu itu, setelah itu mengambil keputusan yang tepat tentangnya. Dengan cara ini, barisan Islam akan tetap terjaga keamanan dan ketenangannya, terjaga oleh akal fikiran para pemeluknya, dengan pembelaan dan iman mereka.



Ash-habul Kahfi: Contoh Dalam Menjaga Security, Legenda Yang Dikisahkan Setiap Hari:

(إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدىً)

“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Robb mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi: 13)



Mereka adalah para pengusung panji keimanan di hadapan kezaliman dan tirani dari orang-orang bingung yang berhukum dengan selain yang Alloh turunkan. Mereka adalah para pemuda jujur yang bangkit menentang kezaliman dan penindasan, kemudian dengan kecerdasan dan kepandaian akalnya yang cemerlang mereka berhasil me-menej urusan keamanan diri mereka, agar dakwah dan iman mereka terlindungi. Lantas, apa sebenarnya yang mereka lakukan?!



(إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَداً)

“(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Robb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (QS. Al-Kahfi: 10)



Langkah yang mereka ambil adalah berlindung ke tempat yang aman. Tapi sebelum itu, yang terpenting adalah adanya iman yang tulus kepada Alloh ‘Azza wa Jalla, mengorbankan jiwa demi dakwah kepada-Nya. Maka setelah menempuh semua sarana perlindungan diri dan pengamanan, setelah menyempurnakan semua syarat tawakkal kepada Alloh Subhanahu wa Ta‘ala, barulah mereka berlindung kepada-Nya: “Wahai Robb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”

Setelah semua itu, dengan apa Robb mereka yang Maha Perkasa lagi Maha Berkuasa memberi timbal balik? Alloh berfirman:

(وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ ..)

“Dan Kami meneguhkan hati mereka…” (QS. Al-Kahfi: 14)

Maksudnya: Kami kuatkan hati mereka dengan kesabaran untuk berpisah dengan keluarga dan kampung halaman, sebab mereka melakukan apa yang mesti mereka lakukan sebatas kemampuan manusia, maka Kami membantu mereka dengan pertolongan Ilahiyah, berupa penjagaan, pemeliharaan, keamanan, kelurusan dan pertolongan!



Langkah keamanan yang mereka tempuh itu bukan muncul begitu saja. Itu muncul dari sebuah kajian dan perbincangan antar mereka, yang semua telah mengorbankan jiwanya di jalan Alloh, hingga akhirnya mereka sampai pada solusi paling tepat dan keputusan yang mantab:

(وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلاَّ اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مِرْفَقاً)

“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Alloh, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Robbmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.” (QS. Al-Kahfi: 16)



Karena mereka bersama Alloh dan hidup untuk dakwah yang mereka emban, maka mereka yakin bahwa Alloh lah yang akan melindungi mereka serta membutakan mata orang-orang bengis itu dan balatentaranya; “…niscaya Robbmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.” Jadi, hanya Alloh sajalah –-sejak awal hingga akhir—yang memudahkan segala urusan, Dia lah yang menjaga dan melindungi, dengan qodrat dan takdir-Nya Alloh memudahkan segala sesuatu di alam semesta ini.



Lalu tidurlah para pemuda itu di tempat tinggal barunya (di dalam gua) selama ratusan tahun.

(فَضَرَبْنَا عَلَى آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَداً)

“Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.” (QS. Al-Kahfi: 11)

Kemudian Alloh Jalla wa ‘Alaa membangunkan mereka.. Setelah Alloh bangunkan mereka, berubahkah kewaspadaan dalam diri para pemuda itu dengan berlalunya waktu selama bertahun-tahun?

(وَكَذَلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ ..)

“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri…”

(.. قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَاماً فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَداً)

“Berkata (yang lain lagi): “Robb kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.” (QS. Al-Kahfi: 19)



Lihat, begitulah kewaspadaan, kehati-hatian dan sikap menempuh semua sarana proteksi diri dengan seteliti dan setajam mungkin, di saat yang sama terus mengusahakan tercapainya keamanan bagi dakwah dari serangan segala hal yang tak diinginkan, dengan kecerdasan dan kepandaian. Keduanya adalah sifat yang harus ada pada diri siapa saja yang berjalan di atas jalan dakwah ilalloh Subhanahu wa Ta‘ala. Kalimat-kalimat mulia dan bukti-bukti nyata di dalam ayat itu menjabarkan dengan sangat detail akan sebuah kondisi keamanan yang tidak mengenal kata meremehkan dan menunda-nunda;

(..وَلْيَتَلَطَّفْ)!..

“…dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut..!”

Maksudnya, hendaknya ia melihat dengan teliti sehingga identitas dirinya tak dikenali. Setelah itu:

(.. ولا يُشعِرَنَّ بكُم أحداً)!..

“…janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun..!”

Maksudnya, jangan ada orang lain –siapapun dia—yang mengetahui tempatmu, karena dia akan membongkarnya dan membongkar identitas kalian, setelah itu akan timbul bahaya besar. Apa bahaya besar itu?!

(إِنَّهُمْ إِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ ..)!..

“Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu (merajammu)…” (QS. Al-Kahfi: 20)

Ya…seperti itulah keadaan para thoghut yang bengis setiap zaman dan tempat.. jika mereka melihatmu, mengetahui posisimu, mengetahui keimanan dan dakwahmu, tidak ada pilihan dan cara lain bagi mereka selain membunuh: “…melempar kamu dengan batu (merajammu).” Atau, atau apa berikutnya?

(.. أَوْ يُعِيدُوكُمْ فِي مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوا إِذاً أَبَداً)!..

“…atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama lamanya.” (QS. Al-Kahfi: 20)



Itulah pilihan terakhir yang pahit: memaksa kamu kembali kepada agama dan kekafiran mereka setelah melewati waktu bertahun-tahun untuk bersabar, berjihad dan menanggung kesusahan di jalan Alloh ‘Azza wa Jalla, dan berjalan di atas jalan dakwah yang kamu imani dan Alloh beri kalian kehormatan untuk mengusung benderanya. Jika semua itu terjadi, kalian akan rugi di akhirat setelah rugi di dunia!





[1] Al-Amnu Fi `t-Tarbiyah Al-Islamiyah, penulis: Muhammad Jamaluddin Mahfudz –dalam Majalah Manarul Islam—edisi sepuluh tahun ke sembilan.



[2] Al-Amnu Fi `s-Siroh An-Nabawiyah, tulisan Muhammad Bassam Yusuf.

MAUSU‘AH AMNIYAH LI `L-MUJAHIDIN (ENSIKLOPEDI KEAMANAN MUJAHIDIN) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Muhasabah Diri

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas komentar anda mudah-mudahan tidak bosan untuk berkunjung pada blog yang sederhana ini