Amal Ibadah Yang Diterima / Syarat amal diterima / syarat diterimanya amal ibadah / amal sholeh / amal manusia
Ibadah seorang muslim tidak akan diterima oleh Allah sehingga tegak dua syarat pokok di dalamnya.
Pertama, ikhlas niat untuk Allah Ta’ala semata. Yaitu kehendak hamba dalam segala semua ibadahnya baik berbentuk perkataan atau perbuatan yang dzahir maupun batin untuk mencari wajah Allah Ta’ala (kecintaan dan keridhaan Allah; pahala dari-Nya) semata. Tidak ada harapan pujian, sanjungan, dan balasan materi dari selain Allah Ta’ala.
Kedua, ibadah tersebut sesuai tuntutan syariat yang Allah kehendaki. Yaitu mengikuti cara ibadah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Tidak menyelisihi tuntunan manusia pilihan Allah ini. Ibadah tersebut bukan hasil kreasi yang diada-adakan orang; baik bentuknya, tata caranya, waktunya, tempatnya, dan selainnya. [baca: Ibadah Tidak Sesuai Sunnah Akan Tertolak]
Dalil yang menerangkan tentang amalan yang diterima cukup banyak, di antaranya:
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi: 110) Maksudnya hendaknya beramal dengan ikhlas untuk Allah dan benar sesuai dengan syariat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Keduanya merupakan rukun amal yang diterima, yaitu ikhlas dan benar.
Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat tersebut, “(Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya), maksudnya: pahala dan balasan baik dari-Nya. (maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih), maksudnya: amal yang sesuai syariat Allah. (dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya), dan yang dikehendaki dengan amal itu adalah wajah Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya.”
Beliau Rahimahullah melanjutkan,
وهذان ركنا العمل المتقبل لابد أن يكون خالصا لله صوابا على شريعة رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Kedua hal ini adalah rukun amal yang diterima, yaitu haruslah amal itu ikhlas untuk Allah, benar sesuai syariat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.“ (lihat Tafisr Al-Qur'an al-‘Adzim, Ibnu Katsir dalam tafsir ayat tersebut)
Semoga kita dapat memenuhi kriteria amalan yang diterima sehingga akan menjadi timbangan pemberat kita saat di hari akhir.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas komentar anda mudah-mudahan tidak bosan untuk berkunjung pada blog yang sederhana ini