Seorang pejabat tinggi Mesir mengeluarkan pernyataan kontroversial tentang eksistensi Iran dengan mengisyaratkan bahwa Iran telah menjelma menjadi semacam "musuh dalam selimut" di kawasan Timur Tengah. Iran tidak menjadi ancaman bagi Israel, tetapi justru menjadi ancaman besar bagi negara-negara Arab.
Sayyid Mishal, Menteri Negara untuk Urusan Perang Mesir, mengemukakan hal tersebut dalam sebuah pertemuan yang digelar di kantor Sindikat Jurnalis Mesir (Niqabah as-Shahafiyyin al-Mishriyyin), Selasa (24/8) lalu.
"Iran belum pernah sekalipun menembakkan senjata dan berperang dengan Israel sejak tahun 1948 hingga sekarang," kata Mishal.
Mishal juga mengatakan, Gerakan Hizbollah Lebanon yang bermazhabkan Syiah dan memiliki hubungan dekat dengan Iran sekaligus mendapatkan dukungan penuh dari negeri para Mullah itu, telah mengaskan posisinya terkait perang Gaza. Hizbollah mengatakan, bahwa "kami bukan pihak manapun dalam perang tersebut".
"Tidak keluar satu roket pun dari Hizbollah saat penyerangan Israel ke Gaza," kata Mishal.
Justru, kekuatan militer Iran bukan menjadi ancaman bagi Israel, melainkan menjadi ancaman besar bagi negara-negara Arab. "Salah satu ancaman tersebut, adalah dengan aksi Iran yang kerap kali campur tangan dalam berbagai masalah yang terjadi di kalangan Arab," papar Mishal.
Mesir memang kerap mengeluarkan pernyataan menyudutkan tentang Iran. Kedua negara tersebut telah "perang dingin" semenjak suksesnya Revolusi Islam Iran pada tahun 1979 silam. Dalam revolusi itu, emperor Iran yang diktator, tiran, pro Amerika dan Israel, Shah Muhammad Reza Pahlevi, berhasil digulingkan oleh gerakan revolusi. Pahlevi lalu kabur dan mendapat perlindungan di Mesir, yang saat itu mulai "bermain mata" dengan Amerika dan Israel. Ketegangan itu masih berlangsung hingga sekarang.
Diakui atau tidak, Iran memang terhitung sebagai salah satu kekuatan militer terbesar dan terkuat di Timur Tengah, selain Israel dan Turki. Negara-negara Arab banyak yang merasa khawatir dengan eksistensi teknologi militer Iran yang kian hari kian menanjak. Namun, ketika negara-negara Arab menunjukkan perasaan kurang positif akan perkembangan negara-bangsa Persia itu, Turki justru bersikap lain, dimana Turki lebih memandang Iran sebagai mitra strategis yang memungkinkan untuk saling meningkatkan kerjasama. (AGS/mi)
Home »
Amerika dan Iran »
Bebaskan Palestina »
Dunia Arab »
Kekuatan Timur Tengah »
Konflik Timur Tengah »
Libanon »
Musuh Umta Islam »
Sejarah »
Syiah Iran »
Iran Musuh dalam Selimut
Sabtu, Agustus 28
Iran Musuh dalam Selimut
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Isi Blog
-
►
2016
(3)
- ► Desember 2016 (1)
- ► November 2016 (2)
-
►
2015
(6)
- ► Desember 2015 (1)
- ► September 2015 (2)
- ► April 2015 (3)
-
►
2013
(1)
- ► Oktober 2013 (1)
-
▼
2010
(64)
- ► November 2010 (1)
- ► Oktober 2010 (1)
- ► September 2010 (3)
-
▼
Agustus 2010
(12)
- Manipulasi Amerika dalam Membiayai Hidupnya
- Sholat Taraweh dan Qunut Nazilah Melaknat Densus 8...
- Buku Kontroversi: Lobi Saudi Kepada AS Lebih Kuat ...
- Iran Musuh dalam Selimut
- Tabung Gas Meledak
- Negara Terkaya di Dunia
- MUI dukung koruptor!
- 2011, Gaji PNS, TNI dan Polri Naik 10%
- PELANGGARAN PRESIDEN RI TERHADAP PANCASILA SEBAGAI...
- ‘Amaliah di Bulan Ramadhan 1431H
- Amanat Romadhon 1431 & Waktu Romadhon, Syawal dan ...
- Islam merupakan agama yang punya perhatian besar k...
- ► Februari 2010 (1)
- ► Januari 2010 (10)
-
►
2009
(29)
- ► Desember 2009 (15)
- ► November 2009 (8)
- ► Oktober 2009 (6)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas komentar anda mudah-mudahan tidak bosan untuk berkunjung pada blog yang sederhana ini