Sebuah catatan kecil tentang ilmu, dakwah, jihad, jamaah, keadilan, kesejahteraan, tegaknya hukum, mulkiyah, rububiyah, uluhiyah, asma wa sifat,Marifah, Thaghut, Negara Islam, Tauhid, demokrasi, hukum islam, doa, shalat

Rabu, Desember 30

Iman tidak terikat oleh hubungan kekerabatan atas garis keturunan (nasab), apalagi hanya sebatas hubungan teman, sahabat dan rekan kerja.

Ada beberapa contoh yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an bahwa ikatan iman terjadi hanya dalam satu aqidah, yaitu aqidah islam. Dalam tafsir Ibnu Katsir tercatat sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Jarir, Rasulullah saw bersabda : “Nanti dihari kiamat diantara hamba-hamba Allah ada sekelompok orang yang mendapat tempat istimewa disurga, mereka itu bukan para Nabi juga bukan para Syuhada, bahkan para Nabi dan syuhada tertarik dengan kedudukan mereka disisi Allah pada hari kiamat”. Mendengar pernyataan seperti itu para sahabat semangat untuk bertanya, “Ya Rasulullah, manusia macam apa yang akan mendapat tempat istimewa disurga ?” Nabi tidak menyebut nama juga kelompok, tetapi menyebutkan sifat, mereka yang akan mendapat tempat disurga adalah yang ketika hidupnya didunia saling mencintai, menyanyangi dengan dasar karenaRuh Allah (keimanan, keislaman dan ketaqwaan) bukan karena ikatan harta atau keturunan.”


- Bukankah putra Nabi Nuh yang bernama Kan’an ditenggelamkan Allah dalam banjir yang besar. Dan ketika Nabi Nuh meminta pertolongan kepada Allah untuk menyelamatkan anaknya, Allah menjawab,” Wahai Nuh dia (Kan’an) bukan keluargamu!.” Ahli tafsir memaknai karena Kan’an tidak beramal shaleh (beriman) sebagaimana bapaknya (Nuh).
- Nabi Ibrahim as. menjadi jauh dengan bapaknya karena bapaknya adalah seorang yang musyrik. Bahkan do’a Nabi Ibrahim kepada bapaknya sendiri tidak dikabulkan Allah swt sebagaimana firmannya,”Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah Karena suatu janji yang Telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” ( QS. 9 : 114)
- Nabi Luth as. harus berpisah dengan istrinya dikarenakan tidak mau mengikuti ajarannya, sehingga Allah mengazabnya dengan kaum yang lain
- Nabi Muhammad saw. tidak bisa menolong pamannya Abu Thalib sekalipun pamannya sangat sayang dan selalu menjaga beliau

Gambaran diatas adalah contoh dari kekerabatan atau bahkan pasangan hidup yang tidak se-iman, semuanya akan putus. Ternyata yang akan membawa akibat positif nanti diakherat –sampai ditempatkan dikelas istimewa yaitu surga-, bukan ikatan kekeluargaan atau bisnis atau ikatan duniawi lainnya, tetapi lebih karena ikatan rasa keimanan, keislaman dan ketaqwaan. Saat ini bisa kita amati siapa yang menjadi teman kita setiap saat, teman setia kita, dan teman dalam hati kita. Jika jawabannya hanya teman untuk kepentingan sesaat duniawi belaka, maka marilah kita belajar seraya menundukkan hati kita untuk memahami arti hidup kita didunia ini. Meskipun setiap muslim sudah tahu bahwa wajib hukumnya untuk menjalankan seluruh isi dalam Al-Qur’an, tetapi masih banyak diantara kita hanya menjalankan kewajiban sebagian-sebagian saja, yang mudah-mudah saja, yang menguntungkan saja dan berbagai alasan yang lain. Hanya itu yang dikerjakan tanpa mau berusaha untuk menegakkan hukum Allah secara menyeluruh/kaffah padahal perintahnya sudah jelas (QS. 2 : 208)

Catatan Pribadi

Iman tidak terikat oleh hubungan kekerabatan atas garis keturunan (nasab), apalagi hanya sebatas hubungan teman, sahabat dan rekan kerja. Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Muhasabah Diri

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas komentar anda mudah-mudahan tidak bosan untuk berkunjung pada blog yang sederhana ini