Sebuah catatan kecil tentang ilmu, dakwah, jihad, jamaah, keadilan, kesejahteraan, tegaknya hukum, mulkiyah, rububiyah, uluhiyah, asma wa sifat,Marifah, Thaghut, Negara Islam, Tauhid, demokrasi, hukum islam, doa, shalat

Minggu, Mei 23

Penjelasan "Muqoddimah" dalam Bai'at NII

Memperhatikan dan menghayati format klausul bai’at yag terdiri dari 9 (sembilan) poin yang diawali dengan kalimat muqoddimah yaitu “basmalah, tawakkal ‘alallah dan syahadatain”, mengandung suatu pelajaran dan hikmah yang sangat dalam dan luas, diantaranya sebagai berikut:

A. BASMALAH

Dari penggunaan basmalah tampak dengan jelas akan kekentalan hubungan prinsip Islamiyyah dengan tujuan yang akan dicapai. Kita sama-sama sudah mengetahui fungsi dan maknanya “bismillahirrohmanirrohim” dalam Islam. maka ada beberapa hal penting dari kandungan makna penggunaan basmalah pada klausul bai’at, yang harus dipahami oleh warga bai’at, yaitu:

1. Bahwa bai’at tercipta bukanlah hasil rekayasa atau amani (angan-angan) seseorang namun ia merupakan natijah dari ijitihad sang hamba yang beriman kepada Alloh SWT, serta menjunjung tinggi As Sunnah Rosulullah SAW.
2. Memberikan isyarat bahwa bai’at itu mempunyai konsekuensi hukum duniawi dan ukhrowi, memahami didasari dengan isme Alloh yang meliputi kepentingan dunia dan akhirat (Dar Al Islam – Dar As Salam).
3. Memberikan jaminan yang berkesinambungan terhadap ikatan bai’at bagi yang melakukannya dan ia tidak akan dinyatakan putus atau rusak oleh apa dan siapapun kecuali oleh pribadi pelaku (yang berbai’at). Untuk itu pelaksanaan bai’at harus didasari pengetahuan yang cukup dan kesadaran yang sesadar-sadarnya.

Perhatikanlah Firman Alloh SWT. dibawah ini:

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Qs. Al Baqoroh[2]: 256)

¨Bahwasannya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, Maka Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan Barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (Qs. Al Fath[48]:10)

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”. (Qs Al Fath[48]:18)

B. TAWAKKAL ‘ALALLAH

Menyadari bahwa resiko dan tantangan yang akan dihadapi sangat berat, serta kelemahan dan keterbatasan sebagai hamba, maka kalimat “tawakkalna ‘alallh laa haula walaa quwwata illa billahi” disambungkan pada kalimat “basmalah”. Makna yang terkandung didalamnya yang perlu dihayati dan diyakini oleh setiap warga bai’at, kurang lebih sebagai berikut:

1. Mengingat proyek yang akan dikerjakan kemudian adalah proyek Alloh, dimana aturan dan ketentuannya pasti benar adanya. Maka atas kekurangan dan keterbatasan dalam berbagai hal, namun optimisme selalu ada pada diri warga bai’at, mengingat dan meyakini bahwa campur tangan Alloh pasti adanya.
2. Segala konsekuensi yang timbul dan tengah dirasakan, diyakininya sebagai ketentuan dan ujian Alloh, sehingga tidak menimbulkan keputusasaan dan lain-lain yang dapat merusak konsistensti sebagai warga bai’at.
3. Warga bai’at terhindar dari sifat arogansi, takabbur dan lain-lain yang dapat menodai esensi dan kesucian bai’at dan perjuangan.

Perhatikanlah firman Alloh dalam Al Quran diantaranya sebagai berikut:

“…dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Qs. At Thalaaq[65]:3)

“ (yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung”. (Qs. Ali Imron[3]:173)

“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (Qs. At Taubah[9]:51)

C. SYAHADATAIN

Sebagaimana telah dimaklum bahwa syahadatain adalah rukun Islam yang pertama dan boleh juga dikatakan bahwa syahadatain merupakan ruh dari segala bentuk ibadah. Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa dimasukkannya syahadatain dalam klausul bai’at memberikan arti yang sangat dalam, dimana bai’at tidak boleh putus atau bertentangan dengan maksud yang terkandung dalam syahadatain. Dalam konteks lain dapat pula ditangkap satu isyarat bahwa bai’at merupakan wujud kongkrit dari penjabaran syahadatain, karena itu bai’at adalah ruh daripada jihad atau perjuangan. Hal lain yang perlu dicermati dalam kaitan syahadat adalah sebagai berikut:

Merujuk kepada firman Alloh dalam Al Quran diantaranya:

“Ya Robb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)”. (Qs. Ali Imron[3]:53)

Memperhatikan ayat tersebut diatas jelas sekali tergambar bahwa pernyataan syahadat yang diikrarkan oleh ummat terdahulu (pada kurun Rosulullah) tulus dan suci hati serta atas dasar Iman dan kesadaran mereka sendiri tanpa diminta apalagi dipaksa. Maka sebagai konsekuensinya, mereka melaksanakan pengabdian kepada Alloh ataupun kepada Rosulullah tidak dapat dibendung oleh apa dan siapapun, kecuali bagi orang-orang yang berpenyakit hatinya (munafik) yang bersyahadat palsu (Qs. 63:1-4).

1. apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.

2. mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai[1476], lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.

3. yang demikian itu adalah karena bahwa Sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.

4. dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. dan jika mereka berkata kamu mendengarkan Perkataan mereka. mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar[1477]. mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. mereka Itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?

Begitupun hendaknya dengan pelaksanaan bai’at, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini:

1. Sebelum bai’at, ummat telah memahami duduk persoalan dengan baik dan benar serta memiliki motivasi dan visi kedepan.
2. Ummat atau warga bai’at benar-benar sadar dan faham terhadap kandungan bai’at yang akan mereka ikrarkan dengan segala konsekuensinya.
3. Ummat atau warga bai’at merasa memiliki sesuatu yang paling berharga sehingga berupaya memelihara bai’at yang telah mereka ikrarkan dengan maksimal.
4. Dan lain-lain yang senisbat dengan itu.

Dari penjelasan muqoddimah tersebut diatas dapat dipahami bahwa isi bai’at yang terdiri dari 9 (sembilan) poin merupakan penjabaran dan pengongkritan dari kandungan muqoddimah. Dan jika diperhatikan isi bai’at tersebut adalah 5 poin (poin 3-7), dan jika dihayati lebih mendalam inti bai’at ada pada poin ke 3 ialah “pertahanan dan pembelaan terhadap Negara Islam demi hokum”. Hal inilah yang terkandung dalam firman Alloh surat Ali Imron ayat 102:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Qs. Ali Imron [3]:102)

Seperti ditulis oleh abuqital1

Penjelasan "Muqoddimah" dalam Bai'at NII Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Muhasabah Diri

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas komentar anda mudah-mudahan tidak bosan untuk berkunjung pada blog yang sederhana ini

Isi Blog