“Saya menyatakan bai’at ini sungguh-sungguh karena ikhlas dan suci hati, lillahi ta’ala semata-mata, dan tidak sekali-kali karena sesuatu diluar dan keluar daripada kepentingan Agama Alloh, Agama Islam dan Negara Islam Indonesia”.
Kalimat “karena ikhlas dan suci hati” merupakan dua kata yang saling menguatkan dimana keikhlasan tidak dapat dimiliki kecuali oleh orang-orang yang berhati suci. Namun dengan penggabungan dua kata tersebut (ikhlas dan suci hati) belum dapat disaksikan atau dinilai oleh indra manusia mengingat kedua-duanya tidak nampak atau berwujud. Karenanya dipertegas lagi dengan kalimat “lillahi ta’ala semata-mata”, artinya bai’at yang dinyatakan atau diikrarkan hanya karena Alloh. Walaupun demikian masih perlu adanya pembuktian secara kongkrit mengingat kalimat lillahi ta’ala dimaksud masih bersifat abstrak, untuk itu dilanjutkan dengan kalimat “tidak sekali-kali karena sesuatu diluar dan keluar dari pada kepentingan Agama Alloh, Agama Islam dan Negara Islam Indonesia”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: “ikhlas” itu adalah sesuatu perbuatan yang dilakukan secara murni dan konsekuen, sesuai dengan ketentuan-ketentuan Alloh yaitu sesuai syari’at Islam, selanjutnya direalisasikan sesuai dengan ketentuan/ undang-undang Negara Islam. Karenanya setiap penyimpangan/ pelanggaran terhadap Peraturan/ Undang-Undang Negara Islam Indonesia dalam implementasi perjuangan merupakan bukti ketidak ikhlasan, mengingat ikhlas adalah sesuatu perbuatan yang tidak terkontaminasi dengan langkah-langkah syaitan/ thoghut. Perhatikan Qs. 16:36, 39:3, 15:39-40, 39:65 dan perhatikan pula Sabda Rosulullah SAW:
“Sesungguhnya Alloh SWT tidak menerima amal, kecuali amal yang tulus ikhlas dan mencari keridhoan Alloh.” (HR. An Nasa’i)
Dan hati memegang peranan penting, dimana niat berada didalamnya dan tempat bersemayamnya ikhlas. Hati yang kotor tidak akan mendatangkan niat yang baik, niat yang tidak baik tidak mungkin melahirkan keikhlasan. Maka pada saat seseorang berbai’at dengan tegas Alloh menyatakan “maka Dia (Alloh) mengetahui apa yang ada dalam hatimu (Qs. 48:18) dan dalam ayat lain Alloh menyatakan bahwa “hati terdinding dari jasad” (Qs. 8:24). Dan perhatikan hadits Rosululloh SAW. dibawah ini:
Rosululloh SAW bersabda: Sesungguhnya semua amal harus dengan niat, dan sesungguhnya tiap-tiap manusia akan dibalasi menurut apa yang diniatkannya. Maka barangsiapa yang hijrahnya karena Alloh dan Rosul-Nya maka berhijrahlah ia kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena dunia atau karena dunia atau karena seseorang perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya. (HR. Syaikhan dari Umar, Mukhtarul Ahadits halaman 718)
“Sesungguhnya didalam jasad ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah seluruh jasadnya dan apabila daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya (HR. Bukhori)
Apabila diperhatikan dengan seksama dapat disimpulkan bahwa dua poin tersebut menitik beratkan kepada persoalan niat atau persoalan hati, dimana hanya Alloh sajalah yang paling mengetahuinya. Adapun Pemimpin/ Imam/ Petugas atau Syahid hanya menyaksikan yang wujud yaitu ucapan dan jasad. Untuk itu poin ketiga dari klausul bai’at meruapakan alat atau cara untuk melahirkan segala sesuatu yang tersembunyi didalam hati seseorang/ manusia.
Seperti ditulis oleh abuqital1
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas komentar anda mudah-mudahan tidak bosan untuk berkunjung pada blog yang sederhana ini